KONSEP DASAR

A.    Pengertian
        CVA atau stroke merupakan salah satu manifestasi neurologi yang umum yang timbul secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai darah ke otak (Depkes, 1995).
        Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu gangguan neurologik pokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologik pada pembuluh darah serebral misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar, misalnya arterosklerosis arteritis trauma aneurisma dan kelainan perkembangan (Price, 1995).

B.    Etiologi
Penyebab utamanya dari stroke diurutkan dari yag paling penting adalah arterosklerosis (trombosis) embolisme, hipertensi yang menimbulkan pendarahan srebral dan ruptur aneurisme sekular.
Stroke  biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak di dalam darah, DM atau penyakit vasculer perifer (Price, 1995).
Menurut etiologinya stroke dapat dibagi menjadi :
1.    Stroke trombotik
        Terjadi akibat oklusi aliran darah biasanya karena arterosklerosis berat.
2.    Stroke embolik
        Berkembang sebagai akibat adanya oklusi oleh suatu embolus yang terbentuk di luar otak. Sumber embolus yang menyebabkan penyakit ini adalah termasuk jantung sebelah infark miokardium atau fibrasi atrium, arteri karotis, komunis atau aorta.
3.    Stroke hemoragik
        Terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskemik dari hipoksia di daerah hilir, penyebab hemoragik antara lain ialah hipertensi, pecahnya aneurisma, malforasi arterio venas / MAV (Corwin, 2001).
Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke antara lain :
1.    Hipertensi merupakan faktor resiko utama.
2.    Penyakit cardiovaskuler (embolisme serebral, mungkin berasal dari jantung).
3.    Kadar hematokrit normal tinggi (berhubungan dengan infark, serebral)
4.    Diabetes
5.    Kontrasepsi oral peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di atas 35 tahun.

C.    Manifestasi Klinis
        Manifestasi klinis CVA atau stroke adalah kehilangan motorik disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiplegi karena lesi pada otak yang berlawanan, hemparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh. Pada awal stroke biasanya paralisis menurunnya reflek tendon dalam, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan kognitif dan efek psikologis, disfungsi kandung kemih (Smeltzer, 2002 : 213).

D.    Pathofisiologi
        Menurut Barbara C. Long (1996) otak sangat tergantung pada O2 dan tidak mempunyai cadangan O2, metabolisme di otak segera mengalami perubahan perfusi otak, kematian sel atau jaringan dan kerusakan permanen (secara neuromuskuler), iskemi dalam waktu lama berakibat infark otak yang disertai odema otak, sedang iskhemi dalam waktu singkat < 10-15menit menyebabkan defisit sementara.

E.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Angiografi cerebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.
2.    CT Scan    :    memperlihatkan adanya oedem
3.    MRI          :    mewujudkan daerah yang mengalami infark
4.    Penilaian kekuatan otot
5.    EEG          :    mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak.

F.    Penatalaksanaan
        Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip.
    Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
1.    Penanganan suportif imun
a.    Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
b.    Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
c.    Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
2.    Meningkatkan darah cerebral
a.    Elevasi tekanan darah
b.    Intervensi bedah
c.    Ekspansi volume intra vaskuler
d.    Anti koagulan
e.    Pengontrolan tekanan intrakranial
f.    Obat anti edema serebri steroid
g.    Proteksi cerebral (barbitura)
Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang digunakan :
1.    Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)
2.    Obat anti koagulasi : heparin
3.    Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus)
4.    Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)


Tindakan keperawatan
1.    Bantu agar jalan nafas tetap terbuka (membersihkan mulut dari ludah dan lendir agar jalan nafas tetap lancar).
2.    Pantau balance cairan.
3.    Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap anggota gerak secara pasif seluas geraknya.
4.    Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.


Patway disini

Contoh Kasus disini

ASUHAN KEPERAWATAN KALA I PADA IBU DENGAN 
PERSALINAN NORMAL

I.    Pengertian :
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.

II.    Diagnosa keperawatan :
  1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan,penggunaan energi berlebihan
  2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi rahim & regangan pada jaringan
  3. Penurunan cardiak out put berhubungan dengan peningkatan kerja jantung sekunder penggunaan energi berlebih.



Karena sudah capek ketik tugas yang lain ne saya berikan langsung file .doc disini
untuk patway nya disini

ABORTUS IMMINEN

A.    Pengetian
  • Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
  • Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat ( Mansjoer, Arif M, 1999)
  • Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan ( William Obstetri, 1990)
   
B.    Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
  1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
  2. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
  3. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
  4. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol
  5. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
  6. faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
  7. kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

C.    Gambaran Klinis
  1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
  2. pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
  3. perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
  4. rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
  5. pemeriksaan ginekologi :
  • Inspeksi Vulva :  perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
  • Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
  • Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

D.    Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Komplikasi :
  1. Perdarahan, perforasi syok dan infeksi
  2. pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.
E. Patway

F.    Pemeriksaan penunjang
  1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
  2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
  3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
G. Data laboratorium
  1. Tes urine
  2. hemoglobin dan hematokrit
  3. menghitung trombosit
  4. kultur darah dan urine
G.    Masalah keperawatan
  1. Kecemasan
  2. ]intoleransi aktifitas
  3. gangguan rasa nyaman dan nyeri
  4. defisit volume cairan
H.    Diagnosa keperawatan
  1. Cemas berhubungan dengan pengeluaran konsepsi
  2. nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
  3. resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
  4. kehilangan berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi
  5. intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri

I.    Tujuan
DX I    : Mengurangii atau menghilangkan kecemasan
DX II    : Mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
DX III    : Mencegah terjadinya defisit cairan
DX IV    : Mengurangi atau meminimalkan rasa kehilangan atau duka cita
DX V    : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan toleransinya

J.    fokus intervensi
DX I    : Cemas berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi
     Intervensi :
-    Siapkan klien untuk reaksi atas kehilangan
-    Beri informasi yang jelas dengan cara yang tepat
DX II    : nyeri berhubungan dengan kontraksi uteri
    Intervensi
-    Menetapkan laporan dan tanda-tanda yang lain. Panggil pasien dengan nama lengkap. Jangan tinggalkan pasien tanpa pengawasan dalam waktu yang lama
-    Rasa sakit dan karakteristik, termasuk kualitas waktu lokasi dan intensitas
-    Melakukan tindakan yang membuat klien merasa nyaman seperti ganti posisi, teknik relaksasi serta kolaburasi obat analgetik


DX III    : Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
    Intervensi :
-    Kaji perdarahan pada pasien, setiap jam atau dalam masa pengawasan
1.    Kaji perdarahan Vagina : warna, jumlah pembalut yang digunakan, derajat aliran dan banyaknya
2.    kaji adanya gumpalan
3.    kaji adanya tanda-tanda gelisah, taki kardia, hipertensi dan kepucatan
-    monitor nilai HB dan Hematokrit
DX IV :  Kehilangan berhubungan dengan pengeluaran hasil konsepsi
Intervensi :
-    Pasien menerima kenyataan kehilangan dengan tenang tidak dengan cara menghakimi
-    Jika diminta bisa juga dilakukan perawatan janin
-    Menganjurkan pada pasien untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME
DX V : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
    Intervensi
-    Menganjurkan pasien agar tiduran
-    Tidak melakukan hubungan seksual

bagi yang ingin file .doc email saja..

ABLASIO RETINA



1. PENGERTIAN

    Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen  retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).



2. PENYEBAB
Malformasi kongenital
Kelainan metabolisme
Penyakit vaskuler
Inflamasi intraokuler
Neoplasma
Trauma
Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
           (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

3. MANIFESTASI KLINIS
Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya
Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
    Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen
    Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan makula


4. PENATALAKSANAAN

Tirah baring dan aktivitas dibatasi
Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
Pasien tidak boleh terbaring terlentang
Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
Cara Pengobatannya:
Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina.
Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.
Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan.
    (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

5. KOMPLIKASI
Komplikasi awal setelah pembedahan
Peningkatan TIO
Glaukoma
Infeksi
Ablasio koroid
Kegagalan pelekatan retina
Ablasio retina berulang
Komplikasi lanjut
Infeksi
Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
Diplopia
Kesalahan refraksi
astigmatisme


DAFTAR PUSTAKA

C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. EGC. jakarta

PAtway disini

File .doc disini

Gratis Domain Dot COM

Diposting oleh Unknown | 00.58 | | 0 komentar »

Buat temen-temen blogger yang ingin menggunakan domain dot com tapi
terbentur dana yang minim,, kaya saya ini, hehehe
saya punya info bagus ni, ada sebuah web yang menyediakan domain
secara geratis tapi minim persyaratan, menurut saya sih, hehehe
soalnya syarat nya cuma, mencari referal sebanyak 9 orang dan kita
akan diberikan domain nya, berikut rincian gambar nya,


Pendaftaran nya juga gak ribet kok, bagi yang berniat bisa mendaftar nya
melalui referal saya, disini
Sesama sobat blogger harus saling membantu.

ASUHAN NEONATUS BAYI dan
 BALITA dengan
CEPHAL HEMATOMA

BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
    Cephal hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Cephal hematola terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal. Tepi periosteum membedakan cephal hematoma dari caput sucsedeneum. Terdapat juga faktor predisposisi yaitu seperti tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan, moulage terlalu keras dan  partus dengan tindakan seperti forcep maupun vacum ekstraksi. Caput terdiri atas pembengkaakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum. Selain itu,sefalhematum mungkin timbul beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
    B.     RUMUSAN MASALAH
    Apa yang dimaksud dengan Cephalhematoma ?
    Apa penyebab dari Cephalhematoma ?
    Bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Cephalhematoma ?

    C.     TUJUAN
    Untuk mengetahui pengertian Cephalhematoma
    Untuk mengetahui penyebab dari Cephalhematoma
    Untuk mengetahui bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada bayi barulahir dengan Cephalhematoma.
    Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa dan pembaca tentang Cephalhematoma
    D.    MANFAAT
Manfaat  yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
    Untuk memberikan gambaran tentang Cephalhematoma yang terjadi pada bayi dan balita
    Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang Cephalhematoma

BAB II
TINJAUAN TEORI

    A.   PENGERTIAN CEPHAL HEMATOMA

Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan poriestum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephalhematoma). Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup. (Menurut P.Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ; Bagus Ida Gede Manuaba. 1998; Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
            Cephal hematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan darah akibat pendarahan pada subperiostinum. ( Vivian nanny lia dewi, 2010 ) ). Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrik, dan bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan. (Sarwono Prawirohardjo,2007).

    B.  ETIOLOGI CEPHAL HEMATOMA
    Hematoma dapat terjadi karena :
    a)   Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
    b)   Tarikan vakum atau cunamPersalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
    c)   Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan )
    C.     TANDA dan GEJALA CEPHAL HEMATOMA
    Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:
    a)      Adanya fluktuasi
    b)      Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
    c)      Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietalBerupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun. Tempatnya tetap.
    d)     Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
    e)      Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak melewati sutura).
    f)       Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan berfluktuasi.
    g)      Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
    h)      Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
    i)        Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.
    D.      PATOFISIOLOGI CEPHAL HEMATOMA
    a)    Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.
    b)   Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum.(  Menurut : FK. UNPAD. 1985. Obstetri Fisiologi Bandung )

    E.          KOMPLIKASI CEPHAL HEMATOMA
    a)    Ikterus
    b)   Anemia
    c)    Infeksi
    d)   Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial.

    F.             PENATALAKSANAAN
    Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
  1. Cegah infeksi bila ada permukan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan bersih.
  2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma
  3. Pemberian vitamin K
  4. Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar  observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan
  5. Pantau hematokrit
  6. Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar
  7. Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi dalam 2 - 8 minggu
  8. Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.(Menurut : Manuaba. Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan)


BAB III
PENUTUP
    3.1. KESIMPULAN
    Cephal hematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal hematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototdrapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya resiko infeksi. Kejadian cephal hematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. Maka dari itu sebagai seorang bidan kita harus terampil memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang normal maupun memilik kelainan untuk menghindari terjadinya cephal hematoma tersebut.

3.2. SARAN

    Pada pennderita cephal hematoma, bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya cephal hematoma bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.
   
   
DAFTAR PUSTAKA

Nur Muslihatun Wafi, 2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta.Fitramaya
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/cephal-hematoma.html diunduh tgl 19 mei.2012, 10.40 PM




File .doc disini

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GAGAL NAFAS
 (BANTUAN VENTILASI MEKANIK)

1. Pengertian

Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis.
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi.

2. Penyebab gagal nafas
Penyebab sentral
Trauma kepala : contusio cerebri
Radang otak : encephalitis
Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
Obat-obatan : narkotika, anestesi
Penyebab perifer
Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri

3. Patofisiologi
    Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif .
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.

4. Pemeriksaan Fisik
( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes)

    Sirkulasi
Tanda : Takikardia, irama ireguler
S3S4/Irama gallop
Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
Hamman’s sign (bynui udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum)
TD : hipertensi/hipotensi
Nyeri/Kenyamanan
Gejala :   nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan  abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
      Tanda  :  Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
    Pernapasan
    Gejala  :  riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru , keganasan, “lapar udara”, batuk
    Tanda :   takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor
    Keamanan
Gejala :  riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi
5.  Penyuluhan/pembelajaran
     Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker
    
6. Pemeriksaan Diagnostik

- Hb   : dibawah 12 gr %
- Analisa gas darah :
    pH dibawah 7,35 atau di atas  7,45
    paO2 di bawah 80 atau di atas  100 mmHg
    pCO2 di bawah 35 atau di atas  45 mmHg
    BE di bawah -2 atau di atas  +2
    Saturasi O2 kurang dari 90 %
    Ro” : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan , dapat terlihat perpindahan letak mediastinum

7. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan pernafasan ventilator mekanik adalah :
1.Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses   penyakit
Ketidakefektifan pola nafas berhubungandengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang ETT
Cemas berhubungan dengan penyakti kritis, takut terhadap kematian
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang ETT
Resiko tinggi komplikasi infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan selang ETT
Resiko tinggi sedera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, selang ETT, ansietas, stress
Nyeri berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, letak selang ETT

8. Rencana Keperawatan

Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret

Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan meningkatkan dan mempertahankan keefektifan  jalan nafas

Kriteria hasil :
Bunyi nafas bersih
Ronchi (-)
Tracheal tube bebas sumbatan



Intervensi    Rasional
1.Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam atau bila diperlukan
2.Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi dengan cara :
a.Jelaskan pada klien tentang tujuan dari tindakan penghisapan
b.Berikan oksigenasi dengan O2 100 % sebelum dilakukan penghisapan, minimal  4 – 5 x pernafasan
c.Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap steril
d.Masukkan kateter ke dalam selang ETT dalam keadaan tidak menghisap, lama penghisapan tidak lebih 10 detik
e.Atur tekana penghisap tidak lebih 100-120 mmHg
f.Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100% sebelum melakukan penghisapan berikutnya
g.Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih
3.Pertahankan suhu humidifier tetap hangat ( 35 – 37,8 C)    Mengevaluasi keefektifan bersihan jalan nafas


Meningkatkan pengertian sehingga memudahkan klien berpartisipasi
Memberi cadangan oksigen untuk menghindari hypoxia

Mencegah infeksi nosokomial


Aspirasi lama dapat menyebabkan hypoksiakarena tindakan penghisapan akan mengeluarkan sekret dan oksigen
Tekana negatif yang berlebihan dapat merusak mukosa jalan nafas
Memberikan cadangan oksigen dalam paru


Menjamin kefektifan jalan nafas

Membantu mengencerkan sekret



Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan,proses penyakit, pengesetan ventilator yang tidak tepat

Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang kembali normal

Kriteria hasil :
Hasil analisa gas darah normal :
PH (7,35 – 7,45)
PO2 (80 – 100 mmHg)
PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
BE ( -2 - +2)
Tidak cyanosis

Intervensi    Rasional
1.Cek analisa gas darah setiap 10 –30 mnt setelah perubahan setting ventilator
2.Monitor hasil analisa gas darah atau oksimetri selama periode penyapihan
3.Pertahankan jalan nafas bebas dari sekresi
4.Monitpr tanda dan gejala hipoksia    Evaluasi keefektifan setting ventilator yang diberikan
Evaluasi kemampuan bernafas klien

Sekresi menghambat kelancaran udara nafas
Deteksi dini adanya kelainan


Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT

Tujuan : Klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif

Kriteria hasil :
Nafas sesuai dengan irama ventilator
Volume nafas adekuat
Alarm tidak berbunyi


Intervensi    Rasional
1.Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam
2.Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya
3.Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) pada posisi tempat tidur sepanjang waktu
4.Monitor slang/cubbing ventilator dari terlepas, terlipat, bocor atau tersumbat
5.Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff
6.Masukkan penahan gigi (pada pemasangan ETT lewat oral)
7.Amankan slang ETT dengan fiksasi yang baik
8.Monitor suara nafas dan pergerakan ada secara teratur    Deteksi dini adanya kelainan atau gangguan fungsi ventilator
Bunyi alarm menunjukkan adanya gangguan fungsi ventilator
Mempermudah melakukan pertolongan bila sewaktu-waktu ada gangguan fungsi ventilator
Mencegah berkurangnya aliran udara nafas

Mencegah berkurangnya aliran udara nafas

Mencegah tergigitnya slang ETT

Mencegah terlepasnya.tercabutnya slang ETT
Evaluasi keefektifan pola nafas


Daftar Pustaka


Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan,  Edisi 8, EGC, Jakarta

Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta

Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia

Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I, Universitas Airlangga, Surabaya


Patway silakan          Download disini